Home » Siapa Salwan Momika, Pria Arab Bakar Al-Quran di Swedia?
Business Crime Defence Featured Global News human Right News Politics

Siapa Salwan Momika, Pria Arab Bakar Al-Quran di Swedia?


Swedia kembali mengalami insiden pembakaran kitab suci Al Quran. Kali ini, penistaan kitab suci itu dilakukan Salwan Momika, seorang pria berdarah Arab.

Pria berusia 37 tahun itu dituduh melakukan kejahatan rasial. Ia menggunakan izin yang telah disetujui sebelumnya dari pejabat kota Stockholm untuk membakar halaman-halaman Alquran di luar masjid pusat kota, selama perayaan Idul Adha, 28 Juni lalu.

Insiden tersebut memicu kecaman segera dari negara-negara termasuk Amerika Serikat (AS), Yordania, Iran, dan Uni Emirat Arab (UEA). Mereka menyatakan rasa marah akibat serangkaian pembakaran Alquran yang terus berlanjut di negeri itu.

Lalu Siapa Sebenarnya Salwan Momika?

Salwan bernama lengkap Salwan Sabah Matti Momika. Ia merupakan pengungsi Irak yang bermigrasi ke Swedia sekitar lima tahun lalu.

Pria itu melarikan diri dari Irak ke Swedia beberapa tahun lalu dan tinggal di kota Järna di Södertälje, Stockholm County. Salwan hingga kini mesih warga negara Irak.

“Demonstrasi saya akan berlangsung pada hari pertama Idul Adha. Demonstrasi saya akan dilakukan di depan masjid besar di Stockholm di mana saya akan membakar Al-Quran,” katanya dalam sebuah video sebelum pembakaran dimuat Shafaq.com, Selasa (4/7/2023).

“Orang yang saya cintai, yang tinggal di Stockholm, dan ingin berpartisipasi dalam demonstrasi, dan berkontribusi baik secara finansial maupun emosional, informasi saya ada di bawah,” tambahnya di video diakhiri dengan ciuman.

“Ini adalah demokrasi. Ini berbahaya jika mereka memberitahu kita bahwa kita tidak bisa melakukan ini,” katanya.

Kepada CNN International, ia sempat berujar bahwa dirinya seorang ateis. Ia mengatakan pihaknya melakukan demonstrasi ini setelah tiga bulan pertempuran hukum di pengadilan.

“Buku ini harus dilarang di dunia karena bahaya yang ditimbulkannya terhadap demokrasi, etika, nilai-nilai kemanusiaan, hak asasi manusia, dan hak-hak perempuan,” ujarnya lagi menyebut Alquran.

“Itu tidak berfungsi di zaman dan zaman ini,” katanya.

Namun aksi itu menimbulkan sejumlah reaksi. Muslim Irak turun ke jalan di luar kedutaan Swedia di Baghdad.

Reaksi juga muncul di Turki, negara anggota NATO yang telah menghalangi tawaran Swedia ke pakta pertahanan itu. Swedia yang bertetangga keduanya secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan blok tersebut setelah Rusia melancarkan serangan ke Ukraina.

Menteri luar negeri Turki mengutuk protes dan menyebutnya sebagai ‘tindakan keji’. Ia mencap hal tersebut bukan kebebasan berekpresi.

“Tidak dapat diterima untuk mengizinkan tindakan anti-Islam ini dengan dalih kebebasan berekspresi. Menutup mata terhadap tindakan keji seperti itu berarti terlibat di dalamnya,” kata Hakan Fidan dalam sebuah pernyataan.

Direktur Komunikasi Pemerintah Turki Fahrettin Altun menambahkan dalam sebuah tweet. Ia menyebut umut Muslim muak dan lelah karena Islamofobia dan kebencian terhadap Islam di Eropa terutama di Swedia.

“Mereka yang berusaha menjadi sekutu kami di NATO, tidak dapat mentolerir atau memungkinkan perilaku destruktif teroris Islamofobia dan xenofobia,” katanya.

Source: CNBC Indonesia

Translate