Jakarta – Humas BRIN. BRIN mendukung PLN Indonesia Power (PLN IP) dalam melakukan kajian terhadap teknologi Small Modular Reactor (SMR) untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Kalimantan Barat. Teknologi SMR saat ini menjadi primadona dibandingkan PLTN konvensional karena berbagai keunggulan seperti daya yang kecil, modular dan memiliki fleksibilitas aplikasi untuk industri.
Berbagai desain PLTN daya kecil banyak dikembangkan, salah satunya oleh vendor NuScale. NuScale merupakan vendor kenamaan dari Amerika Serikat yang berkantor pusat di Portland Oregon. NuScale saat ini memiliki desain reaktor SMR bernama VOYGR yang merupakan reaktor SMR modular pertama dan satu-satunya yang telah menerima sertifikat persetujuan desain oleh U.S. Nuclear Regulatory Commission (US NRC). Desain NuScale Power Module didasarkan pada teknologi reaktor berpendingin air bertekanan (PWR) yang telah proven, dan dikembangkan untuk memasok energi untuk pembangkit listrik, pemanasan distrik, desalinasi, produksi hidrogen skala komersial, dan aplikasi panas proses lainnya. Kajian SMR dengan PLN IP berbasis seri VOYGR-6, yaitu berbasis modul reaktor dengan masing-masing modul setara dengan kapasitas 77 Mwe.
“Mereka ingin memperkenalkan reaktor SMR dari NuScale, yang utamanya adalah bersama-sama BRIN dan PLN IP mencoba diterapkan di Kalimantan Barat,” kata Kepala Organisasi Riset Teknologi Nuklir (ORTN) BRIN Rohadi Awaludin, di sela-sela kegiatan Kick off Meeting Technical and Economic Assessment Small Modular Reactor NuScale, pada Rabu (2/8) di Hotel Mercure Jakarta.
Lebih lanjut Rohadi mengatakan kegiatan ini merupakan kajian awal atau tekno ekonomis statis untuk menerapkan teknologi SMR NuScale di Kalimantan Barat. Saat ini, beberapa pemerintah daerah menawarkan daerahnya untuk mengembangan PLTN. Salah satu daerah yang cukup antusias adalah Kalimantan Barat. “Kita menjawab dari harapan dari pemerintah daerah di sana. Faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan, aspek teknisnya, aspek finansialnya, kemudian aspek regulasinya. Itu akan dikaji di dalam kegiatan ini,” kata Rohadi.
Menurutnya, teknologi SMR NuScale ini cukup bagus, meskipun merupakan teknologi baru. NuScale Power Corporation adalah perusahaan Amerika yang merancang dan memasarkan reaktor modular kecil (SMR) yang berkantor pusat di Portland, Oregon dan desainnya telah disertifikasi oleh US Nuclear Regulatory Commission (NRC) pada Januari 2023 untuk desain 50 MWe.
SMR NuScale ini nantinya merupakan PLTN komersial dan PLN IP yang nantinya akan berada di depan. BRIN lebih kepada mendukung saja, karena kalau sudah menjadi komersial, maka yang di depan adalah badan usaha.
Diharapkan dengan mengikuti kajian teknologi SMR NuScale ini, Indonesia mempunyai pengalaman dan dapat memperkuat SDMnya. Dalam hal ini BRIN akan mendapatkan informasi yang lebih lengkap terkait dengan SMR ini, langsung dari produsen atau pengembangnya.
“Jadi kita langsung dari tangan pertama (first hand). Para periset akan mempunyai kesempatan menanyakan seperti apa reaktor ini ketika dikaji, sehingga teman – teman periset nanti akan mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan utuh jenis SMR NuScale. Kalau ingin mengkaji kan harus tahu barangnya seperti apa, layak atau tidak kita terapkan di Indonesia,” imbuhnya.
Teknologi SMR NuScale ini sebenarnya modular, yaitu ada beberapa modul tergantung kebutuhan dan dapat dikembangkan secara bertahap. Keunggulan sistem modul ini adalah instalasi yang lebih cepat, biaya investasi yang lebih rendah serta fleksibilitas operasi dan pemeliharaannya. Rencananya akan ditawarkan untuk dibangun dengan kapasitas 462 MWe, sehingga dibutuhkan 6 modul, dimana satu paket modul kapasitasnya sebesar 77 MWe.
Tetapi sebenarnya masih dimungkinkan jika hanya ingin dibangun beberapa modul saja, misalnya 1 atau 2 modul serta dapat ditambahkan dan diatur sesuai dengan kebutuhan. Makanya salah satu kelebihan dari reaktor jenis ini adalah bisa diatur sesuai dengan kebutuhan, modularnya itu mau berapa modul.
“Jadi sebenarnya ini modular, modular itu ada beberapa modul tergantung kebutuhan kita sebenarnya. Ini kan satu paketnya 77 MWe, kalau 462 MWe berarti itu sekitar 6 Modul, untuk yang kasus ini tadi disebutkan 6 Modul. Tapi sebenarnya masih memungkinkan modul ini diatur, misalnya 1 modul 77 MWe, kalau 2 modul berapa, dan seterusnya, tergantung kebutuhannya,” jelas Rohadi.
Secara garis besar, dari sisi ekonomi, listrik yang dihasilkan PLTN jenis SMR ini akan sedikit lebih mahal dibanding dengan PLTN besar. Tetapi karena skala kecil, jika dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar diesel (BBM), harganya jelas akan kompetitif. Tetapi kalau dibanding dengan batubara, memang batubara lebih murah. Namun di sisi lain, karena Indonesia berkomitmen untuk net zero emission, sehingga itu juga menjadi satu keunggulan dari SMR ini. Jika kita mempunyai keinginan untuk mengurangi pelepasan karbon, tentu ini adalah sebuah solusi untuk mengurangi emisi gas karbondioksida.
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir Topan Setiadipura mengungkapkan PLN IP bersama dengan BRIN dan NuScale telah menjalin Collaboration Agreement untuk penyusunan Techno-Economy Assessment (TEA) pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Kalimantan Barat untuk mendukung sistem ketenagalistrikan di daerah tersebut.
Kegiatan ini direncanakan akan berlangsung selama 8 bulan ke depan, dimulai sejak bulan Agustus 2023 ini, namun sebenarnya kerja-kerja internalnya sudah mulai dikerjakan sejak bulan Juli lalu. “Kami akan mengerjakan Techno-Economic Assessment terhadap performa teknologinya dan performa ekonominya untuk aplikasi teknologi NuScale di Kalimantan Barat di titik yang sudah dipelajari BRIN (BATAN red) sebelumnya, cocok tidak, visible tidak secara ekonomi, bagus tidak secara teknologi. Ujung laporannya akan memberikan laporan, seperti apa performanya, bagaimana keekonomiannya,” ungkap Topan.
Dijelaskan Topan, kontribusi BRIN adalah menyediakan data awal, data awal untuk studi tapak, dan arahan dari Kepala BRIN ini menjadi tempat atau kesempatan BRIN untuk belajar. Jadi BRIN dalam kesempatan ini tidak bertanggung jawab terhadap hasil tekno ekonomi. “Kita hanya observer dan belajar bagaimana vendor itu, NuScale menyusun project TEA nya itu yang kita belajar,” jelasnya.
Collaborative Agreement antara PLN IP dengan BRIN dan NuScale, diawali dengan penandatanganan MoU antara PLN Indonesia Power, BRIN, dan NuScale pada 23 Februari 2023 yang juga didukung oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI untuk Kerjasama G to G antara Indonesia dan Amerika Serikat. Kerja sama tersebut ditindaklanjuti dengan penandatanganan Grant Agreement antara PLN IP dengan USTDA dan Contract Agreement (Contract for Technical Assistant) antara PLN IP dan NuScale untuk menindaklanjuti pelaksanaan Studi Tekno-Ekonomi Pengembangan PLTN dengan teknologi SMR pada acara Indo-Pacific Chamber of Commerce and Industry Business Forum di Bali yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI dan Kadin.
Source : BRIN