Home » Tesla Pilih Malaysia Bukan RI Disorot Asing, Salahkan Ini
Business Economy Global News Indonesia News

Tesla Pilih Malaysia Bukan RI Disorot Asing, Salahkan Ini

Jakarta, – Asing kembali menyorot RI. Kali ini melalui artikel opini Nikkei Asia. Dalam tulisan “Tesla’s move into Malaysia should be a wake-up call for Indonesia”, pejabat Kamar Dagang AS Indonesia A.Lin Neumann mengungkap keunggulan Malaysia sehingga Tesla memilih negeri itu.

Padahal Indonesia adalah pengembang awal untuk “budidaya” industri kendaraan listrik di Asia Tenggara dan telah melakukan pendekatan yang signifikan dengan perusahaan Elon Musk tersebut.

Keputusan Tesla mendirikan kantor pusat regional di Cyberjaya, Malaysia bulan lalu dikatakannya bukan tanpa alasan. Meski RI telah menyebut diri ingin menjadi pusat rantai pasokan EV di Asia, di mana pemerintah pun melarang ekspor nikel mentah dan mendukung pengembangan industri baterai EV berbasis nikel, fleksibilitas Malaysia menjadi pemenang.

Ia mengungkit sejumlah permintaan Elon Musk, yang dituruti Malaysia. Meski tidak tahu jelas bagaimana pembicaraan dengan RI, ia menyebut apa yang diinginkan Tesla tampaknya terpenuhi dengan mudah.

“Sangat sedikit yang diketahui publik tentang apa yang dicari Tesla dari Jakarta atau apa yang ditawarkan Indonesia, tetapi dari garis besar kesepakatan Malaysia, apa yang diinginkan pembuat mobil tampaknya cukup mudah,” tulisnya.

“Di Malaysia, Musk meminta dan mendapat jaminan bahwa Tesla tidak perlu bekerja atau berbagi keuntungan dengan mitra lokal,” jelasnya.

Di Malaysia, Tesla memulai dengan impor bebas tarif. Perusahaan menjual mobilnya bulan lalu di Negeri Jiran dengan harga di bawah US$50.000, sekitar seperempat harga eceran di Singapura atau Indonesia.

Menurutnya kesepakatan Tesla itu, tidak hanya baik untuk dompet konsumen Malaysia, tetapi pengaturan tersebut juga mencakup serangkaian janji lainnya. Di mana Tesla juga membangun jaringan pusat layanan dan titik pengisian daya.

“Rencana perusahaan harus diterjemahkan ke dalam banyak pekerjaan bagus untuk Malaysia dan langkah penting menuju kredensial ramah lingkungan yang lebih baik untuk negara,” ujarnya.

Ia pun menyinggung kejadian Tesla ke Malaysia, sama dengan banyaknya investor memilih Vietnam dibanding RI. Sejumlah kebijakan pro lokal pun ia sindir menjadi penyebab.

“Indonesia sekarang mengenakan tarif impor 50% pada EV rakitan penuh untuk mendorong investasi manufaktur lokal,” tulisnya.

“Beberapa mengharapkan Jakarta untuk menawarkan pembebasan pajak, seperti yang telah dilakukan Malaysia untuk Tesla, tetapi Indonesia sangat terikat dengan lingkungan peraturan yang rumit yang menghargai kepentingan lokal dan mempersulit kesepakatan dengan investor,” katanya.

“Itu juga tidak banyak membantu untuk membangun stasiun pengisian EV,” tambahnya.

Dikatakannya, kedatangan Tesla di Malaysia dapat menantang “konten lokal” ala Indonesia. Ujarnya pula, hal itu sudah lama ditentang oleh investor asing.

“Indonesia dengan yakin menegaskan bahwa dunia tidak punya pilihan selain mengikuti aturannya jika menginginkan akses ke pasarnya yang berkekuatan 270 juta, terbesar di Asia Tenggara,” paparnya.

“Kesepakatan Musk di negara tetangga Malaysia, yang hanya memiliki sekitar seperdelapan populasi Indonesia, dapat menantang asumsi Indonesia dan menyadarkan Jakarta akan daya pikat pekerja Malaysia yang terlatih dan paham teknologi,” ujarnya lagi.

Source : CNBC

Translate