Home » Danpushidrosal Ungkap Indonesia Belum Punya Kapal yang Bisa Deteksi Kedalaman Laut Lebih dari 6.000 Meter
Defence Global News Indonesia News

Danpushidrosal Ungkap Indonesia Belum Punya Kapal yang Bisa Deteksi Kedalaman Laut Lebih dari 6.000 Meter

Komandan Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) Laksamana Madya Nurhidayat mengatakan bahwa Indonesia belum memiliki kapal yang bisa mendeteksi kedalaman laut lebih dari 6.000 meter. Hal itu diungkapkan Nurhidayat usai melepas prajurit yang mengikuti Ekspedisi Jala Citra 2023 dari Dermaga Kolinlamil, Jakarta Utara, Rabu (29/3/2023). “Terus terang kami kaget ternyata perairan Indonesia ada kedalaman 8000-10.000 meter. Single cabin kita hanya 6.000 (meter), sehingga kapal yang dibangun sekarang ini di kedalaman 6.000 meter, begitu di kedalaman 10.000 meter lost contact,” kata Nurhidayat kepada awak media di Mako Kolinlamil, Rabu.

Oleh karena itu, Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) dan TNI AL sedang bekerja sama dengan industri luar negeri agar bisa membangun kapal yang bisa mendeteksi kedalaman laut lebih dari 6.000 meter. “Insya Allah, nanti 2025 kita punya kapal yang lebih canggih lagi untuk (mendeteksi) kedalaman 10.000 (meter),” ujar Nurhidayat. Nurhidayat mengatakan, kapal pendeteksi atau surveyor itu penting dimiliki untuk mendeteksi bawah laut, seperti gunung berapi yang berpotensi mengakibatkan gempa atau tsunami. “Data-data itu sangat penting, khususnya daerah gempa di Mentawai dan Ambon,” kata Nurhidayat.

Saat ini, TNI AL baru memiliki dua kapal surveyor. Salah satu di antaranya KRI Spica-934 yang bisa mendeteksi kedalaman laut hingga 6.000 meter. KRI Spica-934 saat ini digunakan TNI AL dan puluhan ilmuwan dari berbagai universitas untuk meneliti gunung berapi di bawah Laut Flores. Penelitian itu dilaksanakan melalui Ekspedisi Jala Citra 2023. Dalam ekspedisi ini, TNI AL memberangkatkan 40 prajurit dari Pushidrosal yang dilepas menggunakan KRI Spica-934 dari Dermaga Kolinlamil, Jakarta Utara.

Sumber : Kompas

Translate